Praktikum pertama
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
Alat
1.
Ose Biasa
2.
Ose Runcing (Needle)
3.
Api Bunsen
4.
Inkubator
5.
Kapas
6.
Tabung reaksi
7.
Tabung Durham
|
Bahan
1.
Bakteri E. coli pada media EMBA berwarna Hijau Metalik.
2.
Alkohol
3.
Media TSIA (Triple Sugar Indol Agar) berupa media padat dan bentuknya setengah miring.
4.
Media SIM (Sulfide Indol Motility) berupa media semi
solid
5.
Media MRVP (Methyl Red Voges Proskauer). Berbentuk cairan.
6.
Media SCA (Simon Citrat Agar)
7.
Media uji gula – gula (Uji
Glukosa dan Uji Laktosa )
8.
Reagen MR dan VP
9.
Reagen Covac’s / Erlich
|
2.2 Cara Kerja
1.
Penanaman Bakteri pada Media Biakan EMBA
a.
Panaskan ose menggunakan api Bunsen,
lalu tunggu sampai ose dingin agar bakteri tidak mati.
b.
Lalu ambil spesimen bakteri yang telah
disediakan menggunakan ose.
c.
Goreskan spesimen yang telah diambil
menggunakan ose pada media biakan (EMBA).
2.
Cara
Kerja Pada Media TSIA (Triple Sugar Indol
Agar).
a.
Mempersiapkan
media TSIA, Bakteri dan Menghidupkan api bunsen.
b.
Needle
dibakar pada api bunsen sampai membara, kemudian didinginkan pada daerah media
agar yang tidak mengandung koloni bakteri atau didiamkan beberapa saat agar
dingin.
c.
Mengambil
bakteri dengan needle pada media EMBA dengan cara menggores pada koloni
bakterinya.
d.
Needle
yang telah terisi bakteri kemudian ditanam dengan cara ditusukkan pada daerah
acid slant (bagian tegak), serta diikuti goresan ke belakang pada daerah acid
butt (daerah miring).
e.
Media
ditutup dengan kapas kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama
kurang lebih 24 jam.
3.
Cara
Kerja Pada Media MRVP (Methyl Red Voges Proskauer)
a.
Mempersiapkan
media MRVP, bakteri dan Ose biasa.
b.
Ose
dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.
Mengambil
bakteri pada media EMBA kemudian ditanam dengan cara dicelupkan ke media MRVP
yang cair.
d.
Tabung
reaksi ditutup dengan kapas.
e.
Diinkubasikan
pada inkubator pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
f.
Setelah
diinkubasi, cairan MRVP dibagi menjadi 2 bagian yang sama, dimana tabung
pertama ditetesi dengan reagen MR 3 – 5 tetes. Tabung kedua ditetesi dengan
reagen VP 3 – 5 tetes juga.
g.
Diamati
perubahan yang terjadi.
4.
Cara
Kerja Pada Media SCA (Simon Citrat Agar)
a.
Mempersiapkan
media SCA , bakteri dan Ose biasa/Needle yang akan digunakan.
b.
Ose
dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.
Mengambil
bakteri pada media EMBA kemudian ditanam dengan cara digoreskan pada SCA dari
bagian atas ke bagian bawah. Jangan sampai menusuk media agas terlalu dalam.
d.
Tabung
reaksi ditutup dengan kapas.
e.
Diinkubasikan
pada inkubator pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
f.
Setelah
diinkubasi, diamati perubahan yang terjadi.
5. Cara Kerja Pada Media SIM (Sulfide Indol Motility)
a.
Mempersiapkan
media SIM , bakteri dan Needle yang akan digunakan.
b.
Needle
dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.
Mengambil
bakteri dari media EMBA dengan cara digoreskan pada koloni.
d.
Bakteri
ditanam pada media SIM dengan cara Needle ditusukkan tegak lurus ¾ bagian
media dan needle tidak boleh bergerak
pada media.
e.
Tabung
reaksi ditutup dengan kapas.
f.
Diinkubasikan
pada inkubator pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
g.
Setelah
diinkubasikan, Media SIM ditetesi dengan reagen Covac’s 3- 5 tetes.
h.
Diamati
perubahan yang terjadi.
6.
Cara
Kerja Uji Gula (Glukosa dan Laktosa)
a.
Mempersiapkan
media Laktosa dan Glukosa dengan tabung durham steril dimasukkan ke dalam media
dan Ose biasa/Needle yang akan digunakan.
b.
Ose
dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.
Mengambil
bakteri dari media EMBA dengan cara digoreskan pada koloni.
d.
Bakteri
pada Ose tadi dicelupkan ¾ bagian media Glukosa dan Laktosa.
e.
Ditutup
dengan kapas kemudian diinkubasikan suhu 37oC selama kurang lebih 24
jam.
7.
Uji Katalase
a.
Panaskan needle pada api bunsen dan
dinginkan agar bakteri tidak mati.
b.
Lalu ambil spesimen bakteri E.coli
dengan menggunakan needle.
c.
Lalu ambil H2O2 dengan menggunakan pipet
atau dengan menggunak spuit.
d.
Lalu teteskan H2O2 dan campuran spesimen
bakteri tadi yang telah di ambil dengan needle.
e.
Jika hasilnya positif maka akan telihat
adanya gelembung gelembung.
2.3 Hasil Pengamatan
ü Koloni
Bakteri
ü Media
Biakan (EMBA)
Media biakan Emba yang belum digunakan Media yang telah ditatami E.coli
Media yang digunakan
pada pratikum ini adalah media biakan EMBA. Pada media biakan yang kita tanam,
tampak bakteri berwarna hijau metalik. Penanaman bakteri E.Coli pada pratikum
ini sesuai dengan teori bahwa bakteri E.coli pada media biakan akan berwarna hijau
metalik.
ü Uji
TSIA
TSIA sebelum digunakan TSIA
setelah diinkubasikan
Setelah
diinkubasikan, tidak
teramati
adanya perubahan.
Tidak ada perubahan yang terjadi, itu menandakan bahwa acid butt negatif (-) sedangkan acid slant negatif (-). Tidak ada teramati H2S
karena media tidak berubah menjadi hitam. Tidak ditemukannya gas, terlihat dari
tidak adanya gelembung gas pada media.
Menurut
teori yang berlaku, untuk bakteri E.coli
pada uji TSIA menunjukkan beberapa perubahan. Perubahan tersebut adalah
terjadinya acid butt dan acid slant serta terbentuknya gas pada media. Namun
tidak terjadi perubahan pada acid butt, acid slant dan tidak teramati adanya H2S .
Hasil pratikum dengan teori
tidak sama, ini bisa terjadi karena kemungkinan pada saat ose dibakar pada bunsen, ose terlalu panas yang
akan menyebabkan bakteri mati.
ü Uji
SCA
SCA sebelum digunakan SCA setelah
diinkubasikan
Pada uji Citrat, media SCA tetap tidak berubah
warna,
negatif (-). Perubahan warna
pada SCA ditandai dengan berubahnya warna media menjadi biru. Perubahan warna
tersebut artinya bakteri mempergunakan citrat sebagai sumber karbon untuk
hidupnya. Bakteri E.coli memang tidak
menggunakan citrat sebagai sumber karbon.
ü Uji
SIM
SIM sebelum digunakan SIM setelah diinkubasikan Setelah ditetesi reagen erlich
Pada uji SIM diperoleh
hasil yang salah karena berlawanan dari teori pengujian SIM terhadap E.coli.
menurut teori, pengujian SIM menghasilkan hasil positif, namun pada pengujian
yang dilakukan praktikan menunjukkan hasil negative, yaitu tidak adanya
pembentukan warna hitam, tidak terbentuknya cincin merah pada permukaan media
yang menandakan tidak terbentuknya indol. Selanjutnya, juga tidak terlihat
kekeruhan di tempat ose ditusukkan yang berarti motilitas negative.
Jadi, bisa dikatakan bahwa pratikum yang kita
lakukan pada uji SIM gagal karena tidak sesuai dengan tori yang ada.
ü Uji
MRVP
MRVP sebelum digunakan MRVP setelah diinkubasikan
Setelah
diteteskan reagen MR Setelah
diteteskan reagen VP
Pada uji ini tidak
terjadi perubahan setelah ditetesi
reagen MR, yang berarti hasil uji MR negatif. Hasil tersebut berlawanan dengan teori
yang ada. Pada E.coli seharusnya
adalah MR positif (+) yang artinya produksi asam tunggal
megakibatkan adanya warna merah setelah menetesi reagen MR.
Pada media VP juga
negatif (-) setelah ditetesi reagen VP. Bakteri E.coli memang negatif pada Uji VP. Uji VP positif artinya produksi
asam metil karinol mengakibatkan adanya warna merah setelah menetesi reagen VP.
ü Uji
Gula (Glukosa dan Laktosa)
Glukosa sebelum Glukosa setelah Laktosa sebelum Laktosa setelah
Digunakan diinkubasikan digunakan diinkubasikan
Pada
uji glukosa, tabung durham tidak terangkat, tidak terbentuk gas dan tidak ada
perubahan warna pada media. Hal ini menandakan bakteri tersebut tidak memanfaatkan
glukosa sebagai sumber karbon.
Namun pada bakteri E.coli biasanya dapat menggunakan Glukosa sebagai sumber karbon.
Pada hasil praktikum kami tidak terjadi hal tersebut.
Uji
Laktosa pun sama, tidak ada terbentuk gas, tabung durham tidak terangkat dan
tidak ada perubahan warna pula. Hal ini menandakan bahwa bakteri tidak menggunakan Laktosa sebagai
sumber karbon. Dalam teori, bakteri E.coli
sangat memfermentasi laktosa dan membuat gas sehingga tabung durham akan
terangkat. Dan yang lebih jelas teramati adalah perubahan warna pada media,
berubah menjadi warna kekuningan.
ü Uji
Katalase
Uji
katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase pada bakteri.
Pengujian ini menggunakan H2O2 3 % karena H2O2 merupakan salah satu hasil
respirasi aerobik bakteri, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat
menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri
sehingga komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi.
Hasil
uji katalase pada percobaan ini adalah timbulnya gelembung-gelembung gas
beberapa saat setelah H2O2 3 % diteteskan pada bakteri E. coli. Timbulnya
gelembung menandakan bahwa bakteri E.Coli tersebut positif pada uji katalase
karena menghasilkan gelembung gas O2. Hal ini menunjukkan bahwa E. coli,
memiliki enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2.
BAB III
KESIMPULAN
Dari awal, bakteri yang kami amati
jelas adalah E.coli . Hal ini dapat
dilihat dari media EMBA yang berwarna hijau metalik. Yang merupakan ciri khas
dari bakteri ini pada media tersebut. Namun untuk lebih membuktikan hal
tersebut, dilakukan uji – uji pada media TSIA, SCA, SIM, MRVP dan Uji Gula.
Dari hasil uji dan pengamatan
tersebut, kami mengalami banyak kegagalan dan kesalahan. Kesalahan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu,
1. Spesimen
yang digunakan. Speimen bakteri yang digunakan telah lama disimpan
dalam inkubator. Sehingga adanya perubahan sifat patogenesitas pada bakteri
tersebut.
2. Cara
pengambilan dan penanaman
specimen. Cara pengambilan
yang salah dapat meyebabkan terjadinya kesalahan yang fatal. Seperti saat
mengambil bakteri, ose yang digunakan masih agak panas yang menyebabkan bakteri
mati.
3. Media
yang digunakan dalam isolasi dan identifikasi.
4. Kondisi
inkubasi. Alat sangat
mempengaruhi keberhasilan dari praktikum. Inkubator yang rusak ataupun karena
perubahan tegangan listrik dapat menyebabkan bakteri tidak tumbuh pada media
yang ditanam.
Namun
dari itu semua, ada beberapa uji yang positif terlihat dan benar terlihat pada
sifat bakteri E.coli yang kami amati
pada praktikum ini, yaitu :
1.
Pada media biakan yang kita tanam,
tampak bakteri berwarna hijau metalik.
2.
SCA
tetap tidak berubah warna, negatif (-). Bakteri E.coli memang
tidak menggunakan citrat sebagai sumber karbonUji SCA tidak ada perubahan yang
terjadi.
3.
Pada
media VP juga negatif (-) setelah ditetesi reagen VP.
Dan memang dalam teori E.coli pada reaksi VP menunjukkan hasil negatif (-).
4.
Uji katase menunjukkan positif itu
menandakan bahwa bakteri E.coli memiliki enzim katalase.
Praktikum Uji Sensitivitas Bakteri (ke-2)
BAB
I
PEMBAHASAN
2.1. ALAT DAN BAHAN
Alat
1.
0,5 Mac-Farland
2.
Cawan petri
3.
Inkubator
4.
Swab steril/kapas
5.
Pinset
6.
|
Bahan
10. 2
Media Mueller-Hinton Agar Tipis
11. 1
Media Mueller-Hinton Agar Tebal
12. Bakteri
E. coli itik (bentuk cair)
13. Bakteri
E. coli babi (bentuk cair)
14. Perbenihan
cair : Trypticase Soy Broth
15. Cakram
antibiotik Sulphamethoxazole
16. Cakram
antibiotik Oxytetracyclin
17.
|
2.2. CARA KERJA
Pada praktikum ini, pengujian kepekaan kuman
terhadap antibiotik menggunakan metode Difusi Cakram Menurut Metode
Kirby-Bauer, sebagai berikut :
1. Inokulasikan
E. coli itik dan E. coli babi ke dalam perbenihan cair.
2. Cocokan
kekeruhan biakan tersebut dengan standar kekeruhan Mac-Farland.
3. Apabila
telah sesuai, pupuk biakan tersebut menggunakan swab steril/kapas ke seluruh
permukaan media Mueller-Hinton Agar secara merata. Masing-masing biakan E.coli itik
dan E.coli babi dipupuk pada Mueller-Hinton Agar Tipis, kemudian pada
Mueller-Hinton Agar Tebal ditanami kedua bakteri tersebut dengan pembatasan
yang jelas. Kemudian biarkan 30 menit agar biakan meresap.
4. Ambil
kertas cakram (paper disk) yang mengandung antibiotik dengan pinset yang steril
dan tempelkan pada permukaan media Mueller-Hinton Agar tersebut. Jarak antara
satu paper disk dengan paper disk lainnya minimal 2 cm dan berjarak 2 cm dari
tepi cawan petri.
5. Inkubasikan
perbenihan tadi pada suhu 370 selama 18-24 jam.
6. Amati
dan ukur diameter killing zone yang terbentuk pada tiap cakram.
7. Cocokan
killing zone dengan standar, lalu simpulkan kuman tersebut peka, kurang peka
atau resisten terhadap antibiotik yang digunakan.
2.3. HASIL PENGAMATAN
Pada praktikum uji
kepekaan kuman, diperoleh hasil sebagai berikut :
Ø Pada
Mueller-Hinton Agar Tipis yang ditanami E.coli itik, didapat diameter cakram
antibiotik/killing zone
Sulphamethoxazole (RL 25) sebesar 2,3 cm atau 23 mm dan pada cakram
Oxytetracyclin tidak terbentuk killing
zone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli resisten terhadap antibiotic
oxytetracyclin dan terhadap sulphamethoxazole, E.coli bersifat ………?.........
Ø Pada
Mueller-Hinton Agar Tipis yang ditanami E.coli babi, didapat diameter cakram
antibiotik/killing zone
Sulphamethoxazole (RL 25) sebesar 3,4 cm atau 34 mm dan pada cakram
Oxytetracyclin diameter cakram yang terbentuk sebesar 2,5 cm atau 25 mm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli sensitif terhadap antibiotic
oxytetracyclin dan terhadap sulphamethoxazole, E.coli bersifat ………?.........
Ø Pada
Mueller-Hinton Agar Tebal yang ditanami E.coli itik, didapat diameter cakram
antibiotik/killing zone
Sulphamethoxazole (RL 25) sebesar 2,3 cm atau 23 mm dan pada cakram
Oxytetracyclin tidak terbentuk killing
zone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli resisten terhadap antibiotic
oxytetracyclin dan terhadap sulphamethoxazole, E.coli bersifat ………?.........
Ø Pada
Mueller-Hinton Agar Tebal yang ditanami E.coli babi, tidak terbentuk zona
hambatan/killing zone pada cakram sulphamethoxazole dan pada cakram
Oxytetracyclin juga tidak terbentuk killing
zone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli resisten terhadap kedua jenis
antibiotic ini.
Antibiotik
|
Zona Hambatan/Killing Zone (mm)
|
|||
|
Konsentrasi
|
Resisten
|
Intermediate
|
Sensitif
|
Oxytetracyclin (OT30)
|
30μg
|
≤14
|
15-18
|
≥19
|
Sulphamethoxazole (RL25)
|
|
|
|
|
Itu standar sulphamethoxazole belum ketemu, coba
cari, buat ngisi yang kosong diatasnya.