Minggu, 01 Juni 2014




Praktikum pertama
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
Alat

1.      Ose Biasa
2.      Ose  Runcing (Needle)
3.      Api Bunsen
4.      Inkubator
5.      Kapas
6.      Tabung reaksi
7.      Tabung Durham
Bahan

1.      Bakteri E. coli pada media EMBA berwarna Hijau Metalik.
2.      Alkohol
3.      Media TSIA (Triple Sugar Indol Agar) berupa media padat dan bentuknya setengah miring.
4.      Media SIM (Sulfide Indol Motility) berupa  media semi solid
5.      Media MRVP (Methyl Red Voges Proskauer). Berbentuk cairan.
6.      Media SCA (Simon Citrat Agar)
7.      Media uji gula – gula (Uji Glukosa dan Uji Laktosa )
8.      Reagen MR dan VP
9.      Reagen Covac’s / Erlich

2.2 Cara Kerja
1.      Penanaman Bakteri pada Media Biakan EMBA
a.       Panaskan ose menggunakan api Bunsen, lalu tunggu sampai ose dingin agar bakteri tidak mati.
b.      Lalu ambil spesimen bakteri yang telah disediakan menggunakan ose.
c.       Goreskan spesimen yang telah diambil menggunakan ose pada media biakan (EMBA).
2.      Cara Kerja Pada Media TSIA (Triple Sugar Indol Agar).
a.       Mempersiapkan media TSIA, Bakteri dan Menghidupkan api bunsen.
b.      Needle dibakar pada api bunsen sampai membara, kemudian didinginkan pada daerah media agar yang tidak mengandung koloni bakteri atau didiamkan beberapa saat agar dingin.
c.       Mengambil bakteri dengan needle pada media EMBA dengan cara menggores pada koloni bakterinya.
d.      Needle yang telah terisi bakteri kemudian ditanam dengan cara ditusukkan pada daerah acid slant (bagian tegak), serta diikuti goresan ke belakang pada daerah acid butt (daerah miring).
e.       Media ditutup dengan kapas kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
3.      Cara Kerja Pada Media MRVP (Methyl Red Voges Proskauer)
a.       Mempersiapkan media MRVP, bakteri dan Ose biasa.
b.      Ose dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.       Mengambil bakteri pada media EMBA kemudian ditanam dengan cara dicelupkan ke media MRVP yang cair.
d.      Tabung reaksi ditutup dengan kapas.
e.       Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
f.       Setelah diinkubasi, cairan MRVP dibagi menjadi 2 bagian yang sama, dimana tabung pertama ditetesi dengan reagen MR 3 – 5 tetes. Tabung kedua ditetesi dengan reagen VP 3 – 5 tetes juga.
g.      Diamati perubahan yang terjadi.
4.      Cara Kerja Pada Media SCA (Simon Citrat Agar)
a.       Mempersiapkan media SCA , bakteri dan Ose biasa/Needle yang akan digunakan.
b.      Ose dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.       Mengambil bakteri pada media EMBA kemudian ditanam dengan cara digoreskan pada SCA dari bagian atas ke bagian bawah. Jangan sampai menusuk media agas terlalu dalam.
d.      Tabung reaksi ditutup dengan kapas.
e.       Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
f.       Setelah diinkubasi, diamati perubahan yang terjadi.

5.      Cara Kerja Pada Media SIM (Sulfide Indol Motility)
a.       Mempersiapkan media SIM , bakteri dan Needle yang akan digunakan.
b.      Needle dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.       Mengambil bakteri dari media EMBA dengan cara digoreskan pada koloni.
d.      Bakteri ditanam pada media SIM dengan cara Needle ditusukkan tegak lurus ¾ bagian media  dan needle tidak boleh bergerak pada media.
e.       Tabung reaksi ditutup dengan kapas.
f.       Diinkubasikan pada inkubator pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
g.      Setelah diinkubasikan, Media SIM ditetesi dengan reagen Covac’s 3- 5 tetes.
h.      Diamati perubahan yang terjadi.
6.      Cara Kerja Uji Gula (Glukosa dan Laktosa)
a.       Mempersiapkan media Laktosa dan Glukosa dengan tabung durham steril dimasukkan ke dalam media dan Ose biasa/Needle yang akan digunakan.
b.      Ose dibakar pada api bunsen sempai membara kemudian didinginkan.
c.       Mengambil bakteri dari media EMBA dengan cara digoreskan pada koloni.
d.      Bakteri pada Ose tadi dicelupkan ¾ bagian media Glukosa dan Laktosa.
e.       Ditutup dengan kapas kemudian diinkubasikan suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam.
7.      Uji Katalase
a.       Panaskan needle pada api bunsen dan dinginkan agar bakteri tidak mati.
b.      Lalu ambil spesimen bakteri E.coli dengan menggunakan needle.
c.       Lalu ambil H2O2 dengan menggunakan pipet atau dengan menggunak spuit.
d.      Lalu teteskan H2O2 dan campuran spesimen bakteri tadi yang telah di ambil dengan needle.
e.       Jika hasilnya positif maka akan telihat adanya gelembung gelembung.







2.3 Hasil Pengamatan
ü  Koloni Bakteri
        

ü  Media Biakan (EMBA)
                    
Media biakan Emba yang belum digunakan               Media yang telah ditatami E.coli

Media yang digunakan pada pratikum ini adalah media biakan EMBA. Pada media biakan yang kita tanam, tampak bakteri berwarna hijau metalik. Penanaman bakteri E.Coli pada pratikum ini sesuai dengan teori bahwa bakteri E.coli pada media biakan akan berwarna hijau metalik.






           
ü  Uji TSIA
                    
TSIA sebelum digunakan                                           TSIA setelah diinkubasikan
Setelah diinkubasikan, tidak teramati adanya perubahan. Tidak ada perubahan yang terjadi, itu menandakan bahwa acid butt negatif (-) sedangkan acid slant negatif (-). Tidak ada teramati H2S karena media tidak berubah menjadi hitam. Tidak ditemukannya gas, terlihat dari tidak adanya gelembung gas pada media.
Menurut teori yang berlaku, untuk bakteri E.coli pada uji TSIA menunjukkan beberapa perubahan. Perubahan tersebut adalah terjadinya acid butt dan acid slant serta terbentuknya gas pada media. Namun tidak terjadi perubahan pada acid butt, acid slant dan tidak teramati adanya H2S .
Hasil pratikum dengan teori tidak sama, ini bisa terjadi karena kemungkinan pada saat ose dibakar pada bunsen, ose terlalu panas yang akan menyebabkan bakteri mati.

ü  Uji SCA
                    
SCA sebelum digunakan                                                        SCA setelah diinkubasikan
   Pada uji Citrat, media SCA tetap tidak berubah warna, negatif (-). Perubahan warna pada SCA ditandai dengan berubahnya warna media menjadi biru. Perubahan warna tersebut artinya bakteri mempergunakan citrat sebagai sumber karbon untuk hidupnya. Bakteri E.coli memang tidak menggunakan citrat sebagai sumber karbon.
ü  Uji SIM
                                      
SIM sebelum digunakan                     SIM setelah diinkubasikan      Setelah ditetesi reagen erlich
Pada uji SIM diperoleh hasil yang salah karena berlawanan dari teori pengujian SIM terhadap E.coli. menurut teori, pengujian SIM menghasilkan hasil positif, namun pada pengujian yang dilakukan praktikan menunjukkan hasil negative, yaitu tidak adanya pembentukan warna hitam, tidak terbentuknya cincin merah pada permukaan media yang menandakan tidak terbentuknya indol. Selanjutnya, juga tidak terlihat kekeruhan di tempat ose ditusukkan yang berarti motilitas negative.
Jadi, bisa dikatakan bahwa pratikum yang kita lakukan pada uji SIM gagal karena tidak sesuai dengan tori yang ada.










ü  Uji MRVP
          
MRVP sebelum digunakan                             MRVP setelah diinkubasikan
 


                                   
Setelah diteteskan reagen MR                                                Setelah diteteskan reagen VP
Pada uji ini tidak terjadi perubahan setelah ditetesi reagen MR, yang berarti hasil uji MR negatif. Hasil tersebut berlawanan dengan teori yang ada. Pada E.coli seharusnya adalah MR positif (+) yang artinya produksi asam tunggal megakibatkan adanya warna merah setelah menetesi reagen MR.
Pada media VP juga negatif (-) setelah ditetesi reagen VP. Bakteri E.coli memang negatif pada Uji VP. Uji VP positif artinya produksi asam metil karinol mengakibatkan adanya warna merah setelah menetesi reagen VP.







ü  Uji Gula (Glukosa dan Laktosa)
                            
Glukosa sebelum         Glukosa  setelah              Laktosa sebelum            Laktosa setelah
Digunakan                   diinkubasikan                  digunakan                      diinkubasikan
Pada uji glukosa, tabung durham tidak terangkat, tidak terbentuk gas dan tidak ada perubahan warna pada media. Hal ini  menandakan bakteri tersebut tidak memanfaatkan glukosa sebagai sumber karbon. Namun pada  bakteri E.coli biasanya dapat menggunakan Glukosa sebagai sumber karbon. Pada hasil praktikum kami tidak terjadi hal tersebut.
Uji Laktosa pun sama, tidak ada terbentuk gas, tabung durham tidak terangkat dan tidak ada perubahan warna pula. Hal ini menandakan bahwa  bakteri tidak menggunakan Laktosa sebagai sumber karbon. Dalam teori, bakteri E.coli sangat memfermentasi laktosa dan membuat gas sehingga tabung durham akan terangkat. Dan yang lebih jelas teramati adalah perubahan warna pada media, berubah menjadi warna kekuningan.
ü  Uji Katalase
                 


           
Uji katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase pada bakteri. Pengujian ini menggunakan H2O2 3 % karena H2O2 merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri sehingga komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi.
Hasil uji katalase pada percobaan ini adalah timbulnya gelembung-gelembung gas beberapa saat setelah H2O2 3 % diteteskan pada bakteri E. coli. Timbulnya gelembung menandakan bahwa bakteri E.Coli tersebut positif pada uji katalase karena menghasilkan gelembung gas O2. Hal ini menunjukkan bahwa E. coli, memiliki enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2.


BAB III
KESIMPULAN

            Dari awal, bakteri yang kami amati jelas adalah E.coli . Hal ini dapat dilihat dari media EMBA yang berwarna hijau metalik. Yang merupakan ciri khas dari bakteri ini pada media tersebut. Namun untuk lebih membuktikan hal tersebut, dilakukan uji – uji pada media TSIA, SCA, SIM, MRVP dan Uji Gula.
            Dari hasil uji dan pengamatan tersebut, kami mengalami banyak kegagalan dan kesalahan.  Kesalahan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
1.      Spesimen yang digunakan. Speimen  bakteri yang digunakan telah lama disimpan dalam inkubator. Sehingga adanya perubahan sifat patogenesitas pada bakteri tersebut.
2.      Cara pengambilan dan penanaman specimen. Cara pengambilan yang salah dapat meyebabkan terjadinya kesalahan yang fatal. Seperti saat mengambil bakteri, ose yang digunakan masih agak panas yang menyebabkan bakteri mati.
3.      Media yang digunakan dalam isolasi dan identifikasi.
4.      Kondisi inkubasi. Alat sangat mempengaruhi keberhasilan dari praktikum. Inkubator yang rusak ataupun karena perubahan tegangan listrik dapat menyebabkan bakteri tidak tumbuh pada media yang ditanam.
Namun dari itu semua, ada beberapa uji yang positif terlihat dan benar terlihat pada sifat bakteri E.coli yang kami amati pada praktikum ini, yaitu :
1.      Pada media biakan yang kita tanam, tampak bakteri berwarna hijau metalik.
2.      SCA tetap tidak berubah warna, negatif (-). Bakteri E.coli memang tidak menggunakan citrat sebagai sumber karbonUji SCA tidak ada perubahan yang terjadi.
3.      Pada media VP juga negatif (-) setelah ditetesi reagen VP. Dan memang dalam teori E.coli pada reaksi VP menunjukkan hasil negatif (-).
4.      Uji katase menunjukkan positif itu menandakan bahwa bakteri E.coli memiliki enzim katalase.



Praktikum Uji Sensitivitas Bakteri (ke-2)
BAB I
PEMBAHASAN

2.1. ALAT DAN BAHAN
Alat

1.      0,5 Mac-Farland
2.      Cawan petri
3.      Inkubator
4.      Swab steril/kapas
5.      Pinset
6.       
Bahan

10.  2 Media Mueller-Hinton Agar Tipis
11.  1 Media Mueller-Hinton Agar Tebal
12.  Bakteri E. coli itik (bentuk cair)
13.  Bakteri E. coli babi (bentuk cair)
14.  Perbenihan cair : Trypticase Soy Broth
15.  Cakram antibiotik Sulphamethoxazole
16.  Cakram antibiotik Oxytetracyclin
17.   

2.2. CARA KERJA
Pada praktikum ini, pengujian kepekaan kuman terhadap antibiotik menggunakan metode Difusi Cakram Menurut Metode Kirby-Bauer, sebagai berikut :
1.      Inokulasikan E. coli itik dan E. coli babi ke dalam perbenihan cair.
2.      Cocokan kekeruhan biakan tersebut dengan standar kekeruhan Mac-Farland.
3.      Apabila telah sesuai, pupuk biakan tersebut menggunakan swab steril/kapas ke seluruh permukaan media Mueller-Hinton Agar secara merata. Masing-masing biakan E.coli itik dan E.coli babi dipupuk pada Mueller-Hinton Agar Tipis, kemudian pada Mueller-Hinton Agar Tebal ditanami kedua bakteri tersebut dengan pembatasan yang jelas. Kemudian biarkan 30 menit agar biakan meresap.
4.      Ambil kertas cakram (paper disk) yang mengandung antibiotik dengan pinset yang steril dan tempelkan pada permukaan media Mueller-Hinton Agar tersebut. Jarak antara satu paper disk dengan paper disk lainnya minimal 2 cm dan berjarak 2 cm dari tepi cawan petri.
5.      Inkubasikan perbenihan tadi pada suhu 370 selama 18-24 jam.
6.      Amati dan ukur diameter killing zone yang terbentuk pada tiap cakram.
7.      Cocokan killing zone dengan standar, lalu simpulkan kuman tersebut peka, kurang peka atau resisten terhadap antibiotik yang digunakan.

2.3. HASIL PENGAMATAN
Pada praktikum uji kepekaan kuman, diperoleh hasil sebagai berikut :
Ø  Pada Mueller-Hinton Agar Tipis yang ditanami E.coli itik, didapat diameter cakram antibiotik/killing zone Sulphamethoxazole (RL 25) sebesar 2,3 cm atau 23 mm dan pada cakram Oxytetracyclin tidak terbentuk killing zone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli resisten terhadap antibiotic oxytetracyclin dan terhadap sulphamethoxazole, E.coli bersifat ………?.........
Ø  Pada Mueller-Hinton Agar Tipis yang ditanami E.coli babi, didapat diameter cakram antibiotik/killing zone Sulphamethoxazole (RL 25) sebesar 3,4 cm atau 34 mm dan pada cakram Oxytetracyclin diameter cakram yang terbentuk sebesar 2,5 cm atau 25 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli sensitif terhadap antibiotic oxytetracyclin dan terhadap sulphamethoxazole, E.coli bersifat ………?.........
Ø  Pada Mueller-Hinton Agar Tebal yang ditanami E.coli itik, didapat diameter cakram antibiotik/killing zone Sulphamethoxazole (RL 25) sebesar 2,3 cm atau 23 mm dan pada cakram Oxytetracyclin tidak terbentuk killing zone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli resisten terhadap antibiotic oxytetracyclin dan terhadap sulphamethoxazole, E.coli bersifat ………?.........
Ø  Pada Mueller-Hinton Agar Tebal yang ditanami E.coli babi, tidak terbentuk zona hambatan/killing zone pada cakram sulphamethoxazole dan pada cakram Oxytetracyclin juga tidak terbentuk killing zone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa E.coli resisten terhadap kedua jenis antibiotic ini.

Antibiotik
Zona Hambatan/Killing Zone (mm)

Konsentrasi
Resisten
Intermediate
Sensitif
Oxytetracyclin (OT30)
30μg

≤14

15-18

≥19

Sulphamethoxazole (RL25)





Itu standar sulphamethoxazole belum ketemu, coba cari, buat ngisi yang kosong diatasnya.